Terapi
Pemberian Oksigen – Kapan seseorang harus dipasang kanule oksigen, masker,
masker rebreathing mask, dan non rebreathing mask? Berapa liter pemberian
oksigen pada pemasangan kanule oksigen, masker, masker rebreathing mask, dan
non rebreathing mask? Apa keuntungan dan kerugian pemasangan kanule oksigen,
masker, masker rebreathing mask, dan non rebreathing mask? Itulah sederet
pertanyaan seputar terapi pemberian oksigen.
Untuk
menjawab pertanyaan di atas, terlebih dahulu kita pahami apa itu terapi
pemberian oksigen. Terapi pemberian oksigen adalah: memasukkan oksigen tambahan
dari luar ke paru melalui saluran pernafasan dengan menggunakan alat sesuai
kebutuhan pemberian oksigen dengan konsentrasi yang lebih tinggi sehingga
konsentrasi oksigen dalam darah dapat meningkat.
Lalu,
kapan sebaiknya oksigen diberikan? Terapi oksigen diberikan pada penderita yang
mengalami penurunan PaO2 dengan gejala dan tanda hipoksia. Hipoksia sendiri
adalah kondisi klinis yang disebabkan oleh pasokan oksigen yang lebih kecil
dari kebutuhan oksigen jaringan.
Dari
mana kita tahu penderita mengalami hipoksia? Memang untuk mengetahui hipoksia
ini tidaklah mudah. Gejala yang bisa kita lihat adalah: perubahan status
mental, pusing, dispnea, takipneu, distres pernapasan sampai aritmia. Untuk lebih
jelasnya kita bisa melakukan tindakan AGD (Analisa Gas Darah) dan memasang
saturasi oksigen (bisa melalui monitor atau oxymetri).
Untuk
AGD biasanya pada kasus tertentu, sangat jarang pasien di UGD yang sesak nafas
dilakukan pemeriksaan ini. Sedangkan untuk pemasangan oksimetri maupun
pemasangan monitor memantau saturasi umum dipakai baik di UGD maupun di ruangan
perawatan biasa.
Nilai
normal PaO2 adalah: 85-100 mmHg dengan SaO2 lebih dari 95%, hipoksia sendiri
dibedakan menjadi tiga bagian: ringan, sedang, dan berat. Pada hipoksia ringan biasanya nilai PaO2 nya:
60-79 mmHg dengan SaO2: 90-94% biasanya penderita cukup memakai canule oksigen
maupun masker biasa (tergantung kondisi pasien), sedangkan hipoksia sedang nilai PaO2 nya: 40-60 mmHg dengan SaO2: 75-89%,
biasanya pada tahap ini pasien sudah dipasang masker biasa atau RM/NRM (sesuai
kondisinya), dan hipoksia berat
direntang PaO2 nya: <40 mmHg dan SaO2 lebih dari 75%, disini umumnya pasien
sudah memakai RM/NRM atau dapat juga memakai ventilasi mekanik (tergantung
kondisi).
Selain
itu pemberian oksigen bisa juga dilihat pada kondisi atau penyakit yang
diderita pasien. Pada pasien PPOK, sistik fibrosis dan obesitas morbid biasanya
membutuhkan terapi oksigen yang terkontrol atau dengan kata lain dosis rendah
(memakai kanule hidung), sedangkan pada
penderita penyakit berat (asma akut, kanker paru, efusi pleura, gagal jantung
akut, anemia berat) membutuhkan terapi oksigen yang moderat (awalnya pemberian
kanule oksigen atau masker wajah sederhana, ubah menjadi masker reservoir jika
saturasi belum tercapai dari pemasangan canule oksigen dan masker biasa), dan pada
penderita yang membutuhkan kadar oksigen tinggi, seperti: henti jantung, pasien
tenggelam, syok anafilaktik, maupun keracunan O2 biasanya terapi oksigen
awalnya membutuhkan masker dengan reservoir, jika kondisi pasien stabil bisa
dikurangi dosis oksigennya dengan target SpO2 94-98%.
Berapa
liter pemberian pada pemasangan kanule oksigen, masker, masker rebreathing
mask, dan non rebreathing mask?
Pada
kanule oksigen di pasang 1-4
liter/menit dengan konsentrasi oksigen antara 24-44%, sedangkan masker biasa di pasang 5-8 liter/menit
yang akan memberikan konsentrasi oksigen 40-80%, pada Rebreathing mask oksigen dipasang 8-12 liter dengan konsentrasi
oksigen 60-80%, dan non reabreathing
mask oksigen dipasang di 10-12 liter/menit dengan mengalirkan oksigen yang
berkonsentrasi O2 sampai 80-100%.
Lalu,
muncul pertanyaan apa sebenarnya perbedaan rebreathing mask (RM) dan non
rebreathing mask (NRM)? Kalau kita perhatikan memang keduanya hampir sama dalam
urusan bentuk, tapi ada satu yang membedakan yaitu: tersedianya vulve pada non
reabrething mask (NRM) yang gunanya untuk mencegah udara ekspirasi terinhalasi
kembali.
Selain
itu pada rebreathing mask (RM) ditujukan bagi penderita dengan kadar tekanan CO2
yang rendah. Maka tidak heran kalau desain rebreathing mask (RM) ini memiliki
kantong yang terus mengembang baik saat inspirasi maupun ekspirasi. Pada saat
inspirasi (menarik nafas), O2 masuk dari sungkup melalui hidung antara sungkup
dan kantong reservoir, ditambah oksigen dari ruang yang masuk ke dalam lubang
ekspirasi pada kantong. Udara inspirasi sebagian tercampur dengan udara
ekspirasi sehingga kandungan CO2 menjadi tinggi.
Sedangkan
non rebreathing mask (NRM) ditujukan bagi penderita dengan kadar tekanan CO2
yang tinggi. Di NRM ini udara inspirasi tidak tercampur dengan udara ekspirasi
karena ia mempunyai 2 katub. 1 katub terbuka saat inspirasi dan 1 katub tertutup
saat ekspirasi dan 1 katub yang fungsinya mencegah udara kamar masuk pada saat
inspirasi dan akan membuka pada saat ekspirasi. Baca Juga: Resiko Dan Akibat Kurang Tidur Terhadap Kesehatan Jantung Anda!
0 Response to "Terapi Pemberian Oksigen: Panduan Lengkap Perihal Canule Oksigen, Masker Biasa, Rebreathing Mask Dan Non Rebreathing Mask"
Posting Komentar